Syalom......

Persekutuan Eklesia ini didirikan atas dasar kerinduan dari umat-umat Allah yang rindu untuk menyatakan kasih kristus melalui sebuah persekutuan yang terus membangun iman, saling menguatkan dan saling mengingatkan untuk hidup sesuai dengan Firman Allah terlebih lagi untuk menyembah dalam Roh dan Kebenaran.

“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yohanes 4 : 23 – 24)

Jumat, 25 Februari 2011

MARIA MAGDALENA ISTRI YESUS ? (2)

Apakah Injil Maria Magdalena itu dan apakah isinya?

Injil Maria Magdalena

Injil Maria (Injil ini tidak menyebutkan nama Magdalena, namun dari isinya diketahui bahwa yang dimaksudkan sebagai Maria disini adalah Maria Magdalena, atau Maria dari kota Magdala) ditemukan di Kairo pada tahun 1896 dan kemudian dua fragmen lainnya juga. Ketiga fragmen itu tidak lengkap, yaitu dua dalam bahasa Yunani yang berasal dari abad-2/3, yaitu P. Rylands 463 yang dipublikasikan pada tahun 1938, P. Oxyrhynchus 3525 yang dipublikasikan pada tahun 1983, dan terjemahan koptik yang lebih panjang Berolinensis Gnosticus 8052,1 yang dipublikasikan pada tahun 1955.

Dari kenyataan bahwa naskah Yunaninya lebih tua dari naskah Koptik, demikian juga dengan yang terjadi pada naskah-kaskah Gnostik lainnya seperti Injil Thomas, dapat disimpulkan bahwa khazanah Gnostik semula ditulis dalam bahasa Yunani (abad-2/3), kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Koptik (abad-3/4). Menurut perkiraan, naskah Injil Maria Magdalena ditulis sekitar tahun 120-180.

Menurut Karen King teologi yang diberitakan Injil Maria Magdalena adalah:

Injil Maria Magdalena meninggikan Maria Magdalena diatas para murid lainnya yang kesemuanya laki-laki, bahkan dalam Injil ini ditimbulkan kesan bahwa Maria Magdalena adalah murid yang paling disayangi oleh Yesus dan mendapat banyak pesan rahasia yang tidak diberikan kepada para murid lainnya. Lebih dari itu disimpulkan bahwa Maria Magdalena adalah rasul kepada rasul, atau rasul yang utama, karena ialah yang pertama melihat kebangkitan Yesus dan kemudian ialah yang memberitahukannya kepada para rasul lainnya.

Dalam Injil Kanonik, disebutkan mengenai Maria Magdalena sebagai berikut:

Ayat berikut dikutip oleh Dan Brown dalam buku novelnya The Da Vinci Code:

Irihati rasul Petrus terhadap Maria Magdalena nyata diperlihatkan dalam Injil ini, bahkan di ayat berikut Petrus disebutkan bertanya kepada Maria tentang apa yang belum ia ketahui:

Dikalangan penganut gnostik ada fraksi Maria Magdalena, Petrus, Thomas dan lainnya yang saling bersaing. Itulah sebabnya sering kita lihat dalam injil-injil Gnostik penonjolan pada pribadi rasul tertentu. Dan bila dalam ayat diatas ditonjolkan Maria Magdalena lebih superior dari rasul Petrus, bahkan sampai Petrus bertanya kepada Maria Magdalena, dalam Injil Thomas kita dapat menjumpai keadaan sebaliknya. Disini Thomas menulis bahwa Petrus menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki, dan ini didukung oleh Yesus dalam injil itu:

Jadi, kalau kita membaca naskah Gnostik, kita harus melihat adanya latar belakang penonjolan tokohnya, adanya fraksi-fraksi yang bersaing, dan perlu dibandingkan antara satu naskah gnostik dengan naskah gnostik lainnya.

Menurut Karen King, dalam naskah Yunani Injil Maria Magdalena, kepemimpinan wanita belum dipermasalahkan melainkan ajarannya, sedangkan dalam naskah Koptik sudah ada variasi yang memberikan pembelaan akan kepemimpinan wanita dikarenakan masa itu di gereja resmi kepemimpinan wanita memang tidak diberi tempat. Dalam pendahuluannya dalam buku The Nag Hamadi Library, Karen L. King menyebut:

Melihat konteks gereja masa itu, kelihatannya kalangan gnostik yang tidak setuju dengan gereja (demikian juga gereja menolak gnostik) berusaha untuk menulis Injil-Injil lain yang kelihatannya berusaha melawan pengajaran gereja resmi.Injil  Maria Magdalena jelas termasuk Injil Gnostik, bahkan ada ayat yang sejalan dengan ajaran mistik Taoisme. Maria Magdalena menyebutkan bahwa Yesus berkata:

Ayat ini sangat mirip pengajaran Taoisme:

Bagian lain dari Injil Maria Magdalena menggambarkan perjalanan jiwa setelah kematian dan tantangan-tantangan yang dialaminya. Bagian ini juga mirip cerita dalam buku kalangan Budhhisme, yaitu: Buku Tibet Tentang Mereka Yang Mati. Jadi jelas, injil Maria Magdalena adalah injil gnostik.

 

Isu Skandal Maria Magdalena

Karena buku dan film dengan tema yang melecehkan Yesus laku keras (bestseller), maka banyak bermunculan buku-buku sejenis, yang menjadikan Maria Magdalena sebagai pacar dan istri Yesus.

Pada tahun 1983 terbit buku The Holy Blood Holy Grail (Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, Dell Book, 1983). Di dalam buku itu diungkapkan teori bahwa The Holy Grail bukanlah cawan perjamuan yang merupakan bagian dari legenda Raja Arthur di Inggris, melainkan merupakan simbolisasi dari rahim perempuan yang menerima benih Yesus. Dalam buku itu disebutkan,

Kisah penyelundupan Maria Magdalena ke Gaul (Perancis) di kemudian hari dikaitkan dengan keberadaan organisasi Knights Templar (Baigent, hlm. 64–95. Pada Bab 3 diceritakan tentang sejarah Knights Templar). Dikisahkan bahwa Knights Templar didirikan pada tahun 1118 dengan misi melindungi para peziarah yang datang ke Yerusalem dari kemungkinan gangguan orang-orang Arab. Organisasi Knights Templar kemudian semakin terkenal dan kaya karena menjalankan aktivitas perbankan selain berperan sebagai penjaga peziarah. Namun, karena lama-kelamaan kekuasaannya menjadi terlalu besar dan kaya, organisasi itu dituduh menjalankan sihir sehingga dibubarkan pada abad XIV oleh paus dan raja. Banyak pengikutnya dianiaya dan dihukum dan harta mereka dirampas.

Legenda yang kemudian berkembang adalah bahwa Knights Templar juga mengemban misi rahasia untuk menyelamatkan Holy Blood yang dianggap sebagai keturunan darah suci. Seusai keberadaan Knights Templar, misi penyelamatan suci itu dipercayai diteruskan oleh legenda baru berupa organisasi Prieure de Sion (Priory of Sion/Biarawan Sion).

Dalam buku lanjutannya yang berjudul The Messianic Legacy, Baigent dkk. kemudian menghadirkan organisasi di lingkungan gereja Katolik Roma, Opus Dei, sebagai antitema Preure de Sion. Bila Prieure de Sion menjaga kelangsungan keturunan darah suci, Opus Dei justru diisukan berusaha untuk membungkam Holy Blood. (The Messianic Legacy, Corgi Books, 1987 –pertama diterbitkan oleh Jonathan Cape pada tahun 1986). Mengenai Opus Dei, baca hlm. 230, 426, 438, 448).

Dalam bukunya itu Baigent kemudian mengaitkan peran Maria Magdalena sebagai penerus darah suci dengan tulisan dalam injil gnostik (injil Filipus dan Maria Magdalena) bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus dan rasul kepada rasul, yang kemudian memunyai keturunan dinasti Merovingian (salah satu keturunannya, Plantard de St. Clair, tinggal di Perancis Selatan).

Injil Filipus yang dikutip Baigent itu berbunyi:

Kutipan Baigent itu bernada tendensius karena sebenarnya beberapa bagian naskah itu, yang dikurung [ ... ],  hilang/rusak. Yang hilang itulah yang ditambahi olehnya tanpa penjelasan. Naskah asli yang dikutip itu sebenarnya berbunyi,

Jadi, kalau dilihat dari naskah aslinya, kutipan Baigent dalam bukunya itu merupakan tafsiran yang direkayasa dan merupakan penambahan yang spekulatif, dan dalam bukunya, tanda kurung itu dihilangkan sehingga terkesan seluruh kalimat adalah asli.

Buku Holy Blood Holy Grail yang kemudian disusul dengan sambungannya, The Messianic Legacy, pada waktu itu laris manis. Bahkan, di sampul buku itu diberi komentar “The Shocking International Bestseller”. Namun, banyak buku yang kemudian ditulis orang yang melemahkan tesis Baigent dkk. karena ia telah merekayasa kutipan injil Filipus dan ditafsirkan secara harfiah di luar konteks pengertian ciuman dalam latar belakang gnostiknya.

Adapun cerita Holy Blood Holy Grail tentang Pierre Plantard de St. Clair sebagai keturunan Yesus dan keberadaan Prieure de Sion yang kontroversial, semua itu telah dibuktikan kebohongannya oleh banyak pihak. Bahkan, Plantard kemudian diajukan ke pengadilan pada tahun 1989.

“Bukti-bukti yang mendukung keberadaan Priory of Sion hingga kini masih diragukan keasliannya oleh para ahli sejarah dan ilmuwan. ... Para peneliti dan pengarang lainnya bahkan menyatakan bahwa teori Priory of Sion itu adalah kebohongan besar, dan menjatuhkan nama Plantard. ... Plantard kemudian mengakui bahwa semua cerita tentang Priory of Sion adalah kebohongan.” ( Cinemags, 82, Mei 2006, hlm.44–45 di bawah judul “Priory of Sion”).
“Dan pendamping [ ... ] Maria Magdalena. [ ... ] para murid, [ ... ] menciumnya [ ... ] di [ ... ]. Para murid lainnya [ ... ]. Mereka berkata kepada-Nya, ‘Mengapa engkau mencintainya lebih dari kami semua?’ Juruselamat menjawab dan berkata kepadanya, ‘Mengapa Aku tidak mencintai kamu seperti Aku mencintai dia?’” (James M. Robinson “Injil Filipus” dalam The Nag Hammady Library, Harper: San Francisco, 2005, hlm. 148).
“Dan pendamping [Juruselamat adalah] Maria Magdalena. [Namun, Kristus mencintainya lebih dari] para murid], [dan biasa] menciumnya [sering] di [mulutnya]. Para murid lainnya [merasa terpojok dan tidak setuju]. Mereka berkata kepada-Nya, ‘Mengapa engkau mencintainya lebih dari kami semua?’ Juruselamat menjawab dan berkata kepadanya, “Mengapa Aku tidak mencintai kamu seperti Aku mencintai dia?” (Baigent, hlm. 382).
 
 “Menurut legenda abad pertengahan tertentu, Magdalena membawa ‘Darah Suci’ (Holy Blood) atau ‘Darah Raja’ (Royal Blood) ke Perancis ... Mungkin, Magdalena –wanita yang sukar dipahami dalam Injil– sebenarnya adalah istri Yesus. Mungkin hubungan itu menghasilkan keturunan. Setelah penyaliban, mungkin Magdalena, dengan sedikitnya satu anak, diselundupkan ke Gaul –tempat komunitas Yahudi yang sudah lama tinggal di situ memberinya perlindungan” (Baigent et.al., hlm. 313). 
Segala sesuatu memperoleh kehidupannya dari Tao. Segala sesuatu akan kembali kepadanya, dan memuat semuanya” (Lao Tzu, Tao The Ching, 34).
Semua alam, segala sesuatu yang dibentuk, semua mahluk ada didalam dan dengan satu sama lain dan akan berubah kembali ke pada asalnya, karena alam materi akan berubah sendiri kepada asalnya yang alami. 
Konfrontasi antara Maria dan Petrus, skenario yang juga dijumpai dalam Injil Thomas, Pistis Sophia, dan Injil Orang Mesir, mencerminkan adanya ketegangan yang terjadi dalam kekristenan abad-2. Petrus dan Andreas mewakili posisi orthodox yang menolak keabsahan wahyu isoterik dan menolak kewenangan perempuan dalam mengajar. Injil Maria menyerang pendapat itu melalui penggambaran peran Maria Magdalena. Ia adalah yang dikasihi Juru Selamat yang memilki pengetahuan dan pengajaran yang melebihi tradisi apostolik. Kelebihannya didasarkan penglihatan dan wahyu pribadi dan dibuktikan dengan kemampuannya menguatkan para rasul yang goyah dan membalikkan mereka kearah Yang Baik itu.” (The Nag Hamadi Library in English, hlm.524. Bandingkan dengan Karen L. King, The Gospel of Mary of Magdala, Polebridge, 2003, hlm.85-86).
Simon Petrus berkata kepada mereka, “Biarkan Maria meninggalkan kita, karena perempuan tidak layak memperoleh hidup.” Yesus berkata: “Lihatlah, aku akan membimbingnya menjadi laki-laki, agar ia pun dapat menjadi roh yang hidup menyamai kamu yang laki-laki. Karena setiap perempuan yang menjadikan dirinya sendiri laki-laki akan masuk kerajaan Surga” (Logion 114).
Petrus berkata kepada Maria, “Saudari, kami tahu bahwa Juru Selamat mencintaimu lebih dari perempuan lain. Ceritakan kepada kami perkataan Juru Selamat yang kau ingat, hal-hal yang engkau tahu dan kami tidak karena kami belum mendengarnya.
Petrus berkata, “Benarkah Juru Selamat berbicara dengan perempuan tanpa setahu kita? Apakah kita harus bertanya kepadanya? Apakah Ia lebih memilihnya daripada kita?” ... Dan Lewi menjawab, “Petrus, engkau selalu panas hati. Sekarang saya melihat persainganmu dengan perempuan itu bagaikan musuh.  Bila Juru Selamat membuatnya penting, siapa engkau sehingga engkau menolaknya? Tentu saja Juru Selamat sangat mengenalnya. Itulah sebabnya ia mencintainya lebih dari kita.”
“Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus.” (Yohanes 20:1-2).
... Injil Maria menyampaikan penglihatan bahwa dunia sedang berlalu, tidak menuju ciptaan baru atau orde dunia baru, tetapi menuju pembubaran khayalan kekacauan mengenai penderitaan, kematian, dan dominasi yang tidak sah. Juruselamat telah datang agar setiap jiwa dapat menemukan spiritualitas alamiahnya sendiri yang benar, yang berakar dalam Yang Baik, dan kembali ketempat peristirahatan yang kekal yang melebihi batasan waktu, materi, dan moralitas palsu” ( Penulis Buku The Gospel of Mary of Magdala, [Polebridge, 2003], menulis dalam buku The Complete Gospels kesimpulan ini).

Sumber : Yabina Ministry


Artikel terkait : MARIA MAGDALENA ISTRI YESUS ? (1)

MARIA MAGDALENA ISTRI YESUS ? (1)

Isu yang ramai diembuskan dalam buku-buku sensasi masa kini adalah peran Maria Magdalena yang disebut-sebut sebagai pacar dan istri Yesus. Dalam fiksi “The Da Vinci Code” digambarkan Yesus mengawini Maria Magdalena dan mempunya keturunan di Inggeris, bahkan, dalam film “The Lost Tomb of Jesus” diisukan bahwa Yesus dan Maria Magdalena dikubur bersama dalam kuburan keluarga di Talpiot beserta anak mereka bernama Yudah.

Sebenarnya, baik dalam kitab Injil, injil gnostik, maupun literatur pada abad pertama, tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus. Jika teori seperti itu muncul, itu hanyalah tafsiran sensasional yang dilontarkan oleh mereka yang mencari sensasi demi popularitas dan uang dengan menyudutkan kekristenan. Tambahan pula, berita skandal sangat laku dan punya daya jual tinggi di masyarakat karena publik haus cerita yang seperti itu, apalagi kalau skandal seks dikaitkan pada tokoh agama.

Tidak ada indikasi dalam Injil bahwa Maria Magdalena berpacaran atau bahkan menjadi istri Yesus. Demikian pula para bapak gereja, mereka tidak pernah mengaitkan Maria Magdalena sebagai istri Yesus meskipun ada yang menghargainya sebagai seorang murid perempuan yang bisa dijadikan teladan karena kesetiaannya. (Maria Magdalena memang adalah murid Yesus yang dekat dan ikut hadir ketika Yesus disalib. Ia juga disebut bersama dengan perempuan lain yang lebih dahulu melihat Yesus yang bangkit, kemudian memberi tahu murid-murid lainnya.)

Isu soal Maria Magdalena sendiri sebenarnya tumbuh dari penafsiran sempit dan tendensius atas beberapa naskah gnostik. Padahal, khasanah gnostik yang ditulis pada abad II–III itu pun tidak memuat pernyatan bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus. Bahkan, injil Filipus dan injil Maria Magdalena yang dikutip dan ‘dianggap’ sebagai ‘bukti’ itu juga tidak memuat pernyataan secara eksplisit bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus.

Yang ada pun hanyalah kerancuan yang dilakukan oleh Paus Gregorius Agung. Pada abad VI, tanggal 21 Desember 591 M, di Basilika St. Clement, dalam khotbahnya, ia memang pernah mengidentikkan antara Maria Magdalena (perempuan yang disembuhkan oleh Yesus dari kerasukan tujuh roh jahat, Luk. 8:1–2) dan perempuan pelacur tanpa nama pada bacaan sebelumnya (Luk. 7:36–50). Paus Gregorius mengaburkan nama Maria Magdalena dengan perempuan yang berzina dalam ayat-ayat sebelumnya, dan Maria saudara Marta dan Lazarus, berhubung pada abad VI Kota Magdala dikenal sebagai kota yang memiliki reputasi moralitas yang kurang baik. Meskipun demikian, Paus Gregorius tidak mengaitkan Maria Magdalena sebagai istri Yesus. Ia hanya memberikan contoh mengenai pesan moral yang meninggikan Maria Magdalena sebagai pelacur yang bertobat.

Khasanah Gnostik

Kitab-kitab gnostik sebenarnya sudah lama ditemukan secara parsial. Namun, ketenarannya mencuat ketika pada tahun 1945 di Nag Hammadi, Mesir, ditemukan perpustakaan gnostik yang berisi tiga belas kodeks (bundel berisi beberapa kitab) yang berisikan 52 kitab. (James M. Robinson, The Nag Hammady Library, Harper: San Francisco, 2005). Dari ke-52 kitab gnostik yang ditemukan itu ada beberapa yang dikaitkan dengan Maria Magdalena, mungkin yang paling terkenal adalah Injil Thomas karena Jesus Seminar menganggapnya sebagai injil kelima. (The Search for the Authentic Words of Jesus, The Five Gospels, What Did Jesus Really Say? Pollebridge, 1993). Dalam ayat terakhir (Logion 114) injil itu disebutkan bahwa Maria Magdalena dianggap tidak layak menjadi warga Kerajaan Surga karena ia seorang perempuan.

Injil Filipus adalah injil yang banyak dikutip dalam hal “ciuman” Yesus kepada Maria Magdalena. Ayat dalam injil Filipus itulah yang dikutip oleh Michael Baigents, Barbara Thering, dan Dan Brown dalam buku-buku mereka. Injil Filipus sebenarnya merupakan kompilasi tentang makna dan nilai sakramen dalam konteks ajaran gnostik Valentinus. Berbeda dengan Injil kanonik yang berisi narasi, injil itu, meskipun menyebut beberapa perbuatan Yesus, lebih menekankan ucapan-ucapan Yesus seperti lazimnya naskah gnostik yang muncul pada abad II–III. Dalam injil itu diceritakan adanya tiga pendamping (companion) yang bernama Maria, tetapi yang lebih disorot  adalah Maria Magdalena –salah satu ayatnya yang terkenal berkaitan dengan Maria Magdalena.

Injil gnostik lainnya yang terkenal adalah Injil Maria Magdalena. Injil itu menceritakan kondisi Maria Magdalena sebagai murid kesayangan Yesus yang lebih superior daripada Petrus, yang dalam tradisi gereja dianggap sebagai rasul utama (primat gereja). Injil itu tidak termasuk khasanah Nag Hammadi, tetapi ditemukan tersendiri pada tahun 1896 ketika muncul di Kairo. Injil Maria Magdalena dibagi dua bagian. Pertama mengungkapkan percakapan Yesus dengan para murid-Nya mengenai materi dan dosa. Dalam hal itu, setelah ditinggalkan Yesus, para murid menjadi sedih dan ragu-ragu. Maria Magdalenalah yang kemudian menghibur mereka dan membawa mereka untuk memandang ajaran Yesus yang baik. Bagian kedua memuat wahyu khusus yang diterima Maria Magdalena dari Yesus, yang membuat Petrus bertanya kepada Maria mengenai ajaran itu. Ayat itulah yang dianggap menunjukkan keutamaan Maria Magdalena yang lebih daripada Petrus dan murid lainnya.

Pistis Sophia merupakan kitab gnostik lain yang digunakan sebagai alasan untuk menunjukkan adanya hubungan yang khusus antara Maria Magdalena dan Yesus. Injil Orang Mesir (The Gospel of the Egyptian) adalah tulisan isoteris yang mewakili ajaran mitologi gnostik menurut aliran Set.

Ternyata konfrontasi antara Maria Magdalena dan Petrus itu bukan saja ditemukan dalam Injil Maria Magdalena, melainkan juga dalam injil Thomas, Pistis Sophia, dan injil Orang Mesir. Konfrontasi itu menggambarkan salah satu pertentangan atau fraksi sejak abad II, yaitu antara Petrus juga Andreas (yang mewakili mereka yang menolak wahyu isoteris dan menolak perempuan mengajar) dan pengikut Maria Magdalena (yang menekankan Maria sebagai murid yang dikasihi Yesus dan lebih superior daripada yang lainnya).

Khasanah gnostik lainnya adalah Kisah Filipus (The Acts of Phillips). Kisah yang tersimpan lama di biara Xenophontos, Yunani, ditemukan oleh Francois Bovon yang kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Kisah itu bercerita tentang Filipus yang memiliki saudara bernama Marta dan Mariamne. Ketiganya menjadi penginjil dalam aliran yang menekankan kesucian, vegetarian, dan selibat. Kisah Filipus sendiri mencuat karena nama Mariamne muncul dalam salah satu osuari di makam Talpiot, yang oleh film “The Lost Tomb of Jesus” dianggap sama dengan Mariamne dalam Kisah Filipus karena keduanya mengajar. Dalam makam Talpiot itu namanya adalah Mariamne e Mara atau Mariamne sang guru, yang kemudian dianggap sebagai nama lain Maria Magdalena.

Injil Filipus

Salah satu kutipan Injil Gnostik yang ditulis dalam novel karya Dan Brown: “The Da Vinci Code untuk menunjukkan bahwa Maria adalah isteri Yesus diambil dari Injil Filipus yang kebetulan berada dalam kodeks yang sama dengan Injil Thomas, keduanya termasuk khazanah Nag Hamadi.

Injil Filipus tidak menyebutkan siapa penulisnya dan nama itu adalah nama yang diberikan pada masa kini karena hanya nama Filipuslah yang disebutkan sebagai rasul disitu. Injil ini berasal dari abad-3 dan menunjukkan nafas gnostik. Ayat-ayat yang mengungkapkan ajaran gnostik adalah:
Diberkati ia yang ada sebelum ia ada. Karena ia yang ada, telah ada dan akan ada.


Banyak yang melihat Injil Filipus termasuk tulisan lingkaran sekte Valentinus yang menulis Injil Kebenaran. Tema utama Injil Filipus adalah tentang sakramen, terutama pernikahan, dan karena dianggap menyebut soal Yesus mencium mulut Maria Magdalena maka menjadi alasan untuk mencuatkan ide bahwa Maria Magdalena adalah isteri Yesus. Ada dua ayat dikutip Dan Brown:
Ada tiga yang selalu berjalan bersama Tuhan: Maria, ibunya, saudaranya, dan Magdalena yang disebut teman (companion). Saudaranya, ibunya dan temannya semuanya Maria.

Dan Brown menafsirkan terjemahan bahasa Inggeris ‘companion’ sebagai ‘spouse’ (pasangan hidup), apalagi ayat berikut bertendensi kearah itu:

Sebenarnya ayat diatas tidak secara eksplisit menyebut Yesus mencium mulut Maria, tetapi secara provokatif Dan Brown mengisi bagian yang terhilang [...] dengan kata [Yesus] menciumnya [sering] di [mulutnya] ( Tanda dalam kurung dengan tiga titik menunjukkan bagian naskah yang hilang tapi oleh Dan Brown diisi seperti itu). Padahal dalam Injil Filipus tidak ada satupun pertanda bahwa Maria adalah isteri Yesus.

Dalam Injil Filipus mungkin saja ayat itu menunjuk pada kalimat ‘ciuman bibir’ namun dari kacamata gnostik di atas kita dapat melihat bahwa itu bukan berarti ciuman fisik karena di kalangan gnostik, hal-hal tubuh dan dunia dianggap jahat, karena itu ayat itu memiliki arti kedekatan hubungan sesama pewaris gnosis. Injil Filipus ditemukan baik dalam naskah berbahasa Yunani maupun dalam terjemahan dalam bahasa Koptik, dan dalam injil Filipus tidak disebutkan bahwa Maria Magdalena itu isteri Yesus. Lalu bagaimana dengan injil Maria?

Dalam novel The Da Vinci Code, selain kutipan dari Injil Gnostik Filipus, ada juga kutipan dari Injil Maria Magdalena. Kedua kutipan itulah yang kemudian dijadikan bahan sensasi untuk menyebut bahwa Maria Magdalena adalah isteri Yesus dan Rasul kepada Rasul. Apakah Injil Maria Magdalena itu dan apakah isinya?



Ia yang memiliki pengetahuan kebenaran adalah manusia bebas, tetapi manusia bebas tidak berdosa, karena “Ia yang berbuat dosa adalah budak dosa.” Kebenaran adalah ibu, pengetahuan adalah bapak.
Echamoth adalah satu hal dan Echmoth hal lain. Echamoth adalah hikmat sederhana, tetapi Echmoth adalah hikmat kematian, yaitu yang mengenal kematian, yang disebut “hikmat kecil.”
Mereka yang mengatakan bahwa mereka akan mati lebih dahulu dan kemudian bangkit, mereka salah. Kalau mereka lebih dahulu belum menerima kebangkitan waktu hidup, waktu mati mereka tidak akan menerima apa-apa.
Yesus datang untuk menyalibkan dunia.
Yesus mengambil mereka semua dengan diam-diam, karena ia tidak nampak seperti keadaannya, tetapi dengan cara yang dapat dilihat mereka. Ia memperlihatkan diri kepada mereka semua. Ia menampakkan diri kepada yang besar sebagai besar, Ia menampakkan diri kepada yang kecil sebagai kecil. Ia menampakkan diri kepada malaekat sebagai malaekat, dan kepada manusia sebagai manusia.
Tidak mungkin bagi seseorang untuk melihat segala sesuatu yang sebenarnya ada kecuali kalau ia menjadi seperti mereka... Kamu melihat roh, kamu menjadi roh. Kamu melihat Kristus, kamu menjadi Kristus. Kamu melihat Bapa, kamu akan menjadi bapa. Itulah sebabnya ditempat ini kamu melihat segala sesuatu dan tidak melihat dirimu sendiri, tetapi ditempat itu kamu melihat dirimu sendiri – dan apa yang kamu lihat kamu akan menjadi seperti itu.
Adam menjadi ada dari dua perawan, dari Roh dan dari bumi yang perawan. Kristus karena itu, dilahirkan dari seorang perawan untuk memperbaiki kejatuhan yang terjadi pada permulaannnya.
Tuhan melakukan segala sesuatu secara rahasia, baptisan dan minyak suci dan perjamuan suci dan penebusan dan kamar pengantin.Dan pendamping [...] Maria Magdalena. [...] lebih dari [...] para murid, [...] menciumnya [...] di [...]. Para murid lainnya [...]. Mereka berkata kepadanya “Mengapa engkau mencintainya lebih dari kami semua?” Juru Selamat menjawab dan berkata kepadanya, “Mengapa aku tidak mencintai kamu seperti aku mencintai dia?”
Sumber : Yabina Ministry

Artikel terkait : MARIA MAGDALENA ISTRI YESUS ? (2)

Selasa, 01 Februari 2011

IMLEK, BOLEHKAH KITA MERAYAKANNYA ?


“Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.” (Galatia 4:9-11)

Imlek, Perayaan Yang Mendunia
Tidak dapat disangkal bahwa Imlek/Sincia sudah mendunia, di seluruh dunia dimana ada orang ‘Cina’ (Nama ‘Cina’ merupakan kebanggaan bagi yang merasa dirinya menjadi bagian dari emperum kesatuan ‘Cin/Chin,’ kekaisaran yang menyatukan masyarakat) atau ‘Tionghoa’ (Nama Tionghoa/Chungkuo berarti negara pusat yang dianggap berbudaya tinggi) dirayakan Imlek/Sincia dengan segala tradisinya. Toko, Restoran, maupun Mal menjelang perayaan itu banyak didominasi ‘warna merah’ lambang kemakmuran. Bukan hanya itu lampion dan hio & alat sembahyang lainnya banyak dijual, dan peragaan ‘Liong’ (naga) maupun ‘Barongsai’ (sesingaan) menjadi bagian perayaan yang disertai bunyi tambur, simbal, dan mercon itu, dan dibanyak tempat dijumpai ucapan ‘Gong Xi Fa Cai’ atau ‘Sin Cun Kiong Hie!
Bagi umat kristen khususnya yang berlatar belakang etnis Cina/Tionghoa, dihadapi pertanyaan ‘Bolehkah umat percaya merayakan Imlek/sincia?’ Ini terbukti dari banyaknya yang menanyakan maupun yang mengundang untuk membahasnya!
Kita harus sadar bahwa baik perayaan ‘Tahun Baru’ maupun perayaan ‘Imlek/Sincia’ mengandung budaya geografis maupun ada unsur budaya religinya sekalipun batas di antara keduanya sering tidak jelas. Seperti kita ketahui, ada dua sistem kalender yang paling umum digunakan budaya didunia yaitu ‘kalender matahari’ (solar) yang perhitungannya dimulai dari memasuki musim semi dimana matahari mulai menampakkan cahayanya dan lamanya berdasarkan lama lintasan matahari, dan ‘kalender bulan’ (lunar) yang perhitungannya dimulai dari hari panen dan lama tahunnya berdasarkan lama lintasan bulan (yang lebih pendek dari lintasan matahari).
Tetapi mengapa Imlek/Sincia sebagai salah satu praktek kalender bulan  menimbulkan pertanyaan banyak orang kristen? Ini disebabkan karena perayaan Imlek/Sincia sarat dipenuhi tradisi dan perayaan yang menjadi bagian dari ‘budaya religi’ masyarakat Cina/Tionghoa.
Tradisi Budaya Leluhur
Apakah tradisi budaya leluhur yang secara turun temurun mempengaruhi masyarakat Cina/Tionghoa? Setidaknya tradisi budaya leluhur dipengaruhi empat kepercayaan kuno, yaitu: (1) Faham Spiritisme/Okultisme dan Mistik sejak masa pra-sejarah; (2) Kepercayaan Taoisme yang bersifat Mistik (falsafahisasi konsep Yin-Yang dalam I-Ching) sejak abad VI SM; (3) Kepercayaan Konfusianisme yang bersifat hubungan sosial sejak abad VI SM; dan (4) Kepercayaan Buddhisme yang bersifat mistik Buddha (agak beda dengan mistik Tao) yang masuk dari India sejak abad I–VI M.
Sifat yang melekat dalam diri masyarakat Cina/Tionghoa adalah adanya kepercayaan ‘jalan tengah’ (middle way) yang menggabungkan semua kepercayaan leluhur (Tridharma). ’Penyembahan arwah nenek-moyang tetap menjadi jantung budaya religi Cina/Tionghoa dan kepercayaan tentang roh-roh kegelapan sudah lama terjadi demikian juga penyembahan alam (mistik) juga sudah ribuan tahun dilakukan oleh masyarakat Cina/Tiongoa secara turun temurun.
Seminggu sebelum Imlek/Sincia masyarakat biasa melakukan sembahyang Toa Pe Kong Dapur mengiringi Dewa Ciao Kun Kong pergi ke langit, dan sehari sebelum Imlek/Sincia dilakukan sembahyang Tahun Baru dengan sajian kurban 3 macam hewan atau Sam-Seng (babi, ayam, dan bandeng). Pada hari raya Imlek/Sincia dipersiapkan meja sembahyang dan Angpao (uang dibungkus amplop merah) sebagai simbol untuk menyenangkan roh para dewa, dan masyarakat saling hormat-menghormati, ini disusul pada hari ke-4 dimana dipercayai bahwa dewa dapur turun kembali dari langit dan disambut dengan keramaian barongsai, bilekhud, dan petasan. Pada hari ke-15 setelah Imlek/Sincia, dilakukan pesta Goan Siau / Cap Gomeh dengan pesta lampion dan sembahyang ‘Sam Kai’ yang ditujukan kepada langit, bumi dan manusia.
Selain itu, sepanjang tahun masyarakat Cina/Tionghoa juga merayakan berbagai ritual budaya religi, yaitu:
(1)  Pada awal bulan ke-3 dirayakan ‘Ceng Beng’ (bersih, murni & terang) dengan sembahyang ke makam leluhur sambil membawa dupa dan sajian;
(2)  Pada tanggal 5 bulan ke-5 dilakukan sembahyang ‘Toan Yang / Pehcun’ dengan perayaan perahu  (legendanya: Kut Goan berusaha menyatukan 5 negara untuk menghadapi musuh, namun rajanya  tertipu musuh sehingga kelima kerajaan dikuasai musuh. Kut Goan sedih karena gagal lalu terjun ke sungai. Masyarakat mengenangnya dengan menaburi sungai dengan bacang dan kue cang agar jasadnya tidak dimakan ikan melainkan makan bacang);
(3) Orang jahat mengalami siksaan diakhirat namun pada bulan ke-7 mendapat cuti sebulan untuk kembali ke bumi. Sembahyang ‘Cioko’ dengan meja sajian sembahyang diletakkan dekat pintu rumah bertujuan memberi makan roh-roh kelaparan itu agar tidak masuk ke pintu rumah dan mengganggu keluarga;
(4)  Pada tanggal 15 bulan ke-8, pada waktu bulan penuh dirayakan dengan pesta ‘pertengahan musim rontok’ dengan menghidangkan klue ‘Tiong Ciu Pia’ / ‘Kue Bulan’;
(5)  Pada tanggal 15 bulan ke-11 dirayakan ‘Tibanya Musim Dingin’ dengan hidangan makan hangat   ‘Onde/Ronde.’
            Perayaan Imlek/Sincia juga tidak lepas dari kepercayaan geomancy seperti ‘Shio’ dan ‘Hongsui/Feng Shui,’ yaitu adanya pengaruh bintang dan tata-letak rumah pada tahun itu (tahun 2562 dianggap tahun kelinci dimana sifat-sifat kelinci mempengaruhi bayi yang dilahirkan ditahun ini). Ada tahun yang dianggap tahun bahagia (hokkie) dimana baik kelahiran, pernikahan, maupun transaksi dagang sebainya dilakukan) namun ada kepercayaan bahwa ada tahun-tahun sial dimana semuanya sebaiknya ditunda dan jangan dilakukan.
Lalu Bagaimana?
Dari berbagai perayaan & ritual sepanjang tahun itu kita melihat bahwa perayaan Imlek/Sincia itu sarat penyembahan dan hubungan dengan roh nenek-moyang dan roh kegelapan yang bersifat animistis, mistis, dan magis, hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan. Namun, itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh merayakan Imlek/Sincia sama sekali selama kita menyadari bahwa semua hari, tahun itu sama adanya. Merayakan Imlek/Sincia sebagai awal tahun baru bulan tidaklah salah karena dalam perayaan tahunan itu kita dapat mensyukuri Tuhan Yesus yang telah menjaga umatnya selama satu kalender lunar lagi dan pengucapan syukur budaya geografis itu bisa untuk menyatukan dan bersukacita dengan anggota keluarga lainnya, apalagi dalam kesempatan itu kita dapat melakukan reuni keluarga dimana anggota keluarga bisa berkumpul setidaknya setahun sekali. Ini kesempatan yang baik untuk menghormati orang tua dan saling hormat antar anggota keluarga.
Namun sebaiknya kita juga mendahulukan dan memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan meninggalkan hal-hal yang tidak memuliakan nama-Nya. Hal-hal yang bersifat budaya religi tidak perlu kita ikuti. Memakai pakaian berwarna merah tidak ada salahnya selama kita memandangnya sebagai warna ungkapan keceriaan tapi janganlah kita menganggap bahwa warna itu menunjukkan kebahagiaan/hokkie seakan-akan memakai warna lainnya tidak hokkie. Pemberian Angpao dengan bungkus merah bukanlah sekedar tanda cinta kasih kepada sesama tetapi ritual itu menggambarkan usaha menyuap para dewa agar tidak mengucapkan kata-kata jahat ketika menghadap langit. Cina kasih kepada sesama harus ditunjukkan sehari-hari karena orang-orang yang berkekurangan selama berada disekitar kita sepanjang tahun.
Ada gereja yang mengundang pertunjukkan ‘Barongsai’ agar masuk ke gedung gereja atau rumah-rumah di hari Imlek/Sincia, ini adalah perilaku yang menyesatkan, sebab Barongsai itu biasa disimpan di klenteng/vihara dengan sajian dupa dan tujuannya untuk mengusir roh-roh kegelapan di dalam ruangan (peragaan Liong/Naga dimaksud sebagai usaha pengusiran roh-roh kegelapan dalam skala kota). Memasukkan Barongsai ke dalam gedung gereja menimbulkan pertanyaan: “Roh/roh siapa/apa mengusir Roh/roh siapa/apa?”
Meja sembahyang bukanlah mesbah yang diperkenan Tuhan karena itu kita harus menghindarinya, karena upacara penyembahan depan mesbah menunjukkan bahwa kita masih memperhambakan diri kepada roh nenek-moyang dan roh diudara, demikian juga sajian hewan jelas mendukakan Yesus yang telah menebus dosa kita di kayu salib seakan-akan darah Yesus perlu ditambah dengan darah sajian lainnya.
Dari beberapa kata akhir ini dalam menyambut Imlek/Sincia tahun lunar 2562 ini setidaknya kita bisa lebih berhati-hati agar iman kita tidak terbelah melainkan menjadi kesaksian bagi keluarga terutama orang tua mengenai kehidupan keluarga kristen yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus.

A m i n !


Sumber : yabina.org